Jakarta, Beritasatu.com – Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha mengemukakan tantangan Partai Golkar lima tahun ke depan adalah membalikkan perolehan suara pada Pemilu 2024. Alasannya, sejak reformasi, perolehan suara Partai Golkar terus turun dari pemilu ke pemilu.
“Tren sejak Pemilu 1999, suara selalu turun. Belum pernah naik sejak reformasi. Ini tantangan pertama,” kata Hanta dalam diskusi bertema “Munas X Partai Golkar: Harapan dan Tantangan Partai Golkar pada Munas 2019 yang digelar, Sabtu (30/11/2019). Pembicara lain dalam diskusi adalah juru bicara Partai Golkar, Sebastian Salang dan Christina Aryani, pengamat politik Ray Rangkuti, dan Direktur Pemberitaan Beritasatu Media Holdings (BSMH), Primus Dorimulu.
Untuk meningkatkan perolehan suara, Golkar harus mampu membuat ceruk-ceruk baru. Golkar tidak boleh lagi mengandalkan pemilih loyal dan tua. Golkar memang partai tua, tetapi sasaran pemilihnya tidak boleh terbatas pada kaum tua.
“Golkar harus rebut pemilih perempuan dan milenial. Pemilih milenial sangat besar. Ini tantangan kedua,” ujar Hanta.
Tantangan ketiga adalah terkait posisinya sebagai pendukung Presiden Jokowi. Jika Jokowi gagal atau mendapatkan ketidakpuasan yang besar dari masyarakat dalam lima tahun akan berpengaruh pada partai pendukungnya, termasuk Golkar.
“Ini bergantung bagaimana mengelola kepercayaan lima tahun mendatang agar tetap dipercaya publik. Golkar harus sadar itu,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Hanta juga menyampaikan tiga tantangan yang bakal dihadapi setelah Munas Partai Golkar.
Pertama, ketua umum terpilih harus mampu mengonsolidasi dan membangun kaderisasi. Dia percaya elite Golkar pintar dan piawai merangkul semua faksi yang ada.
Kedua, setelah munas harus bisa dicegah munculnya partai baru, dan ketiga, kepemimpinan Golkar harus kuat, baik ke dalam maupun keluar. Kuat ke dalam berarti mampu menjalankan dan menguatkan organisasi, sementara keluar harus memiliki elektabilitas dan popularitas yang tinggi.
Dalam munas yang akan digelar 3-6 Desember 2019, Hanta mengusulkan kepada panitia untuk menggelar debat calon ketua umum. Tujuannya agar publik bisa mengenal figur calon ketua umum, sekaligus mengetahui visi dan misinya.
“Munas harus menunjukkan tradisi baru yang otonom, mandiri, dan lepas dari pengaruh eksternal. Pemilihan secara aklamasi bisa saja dilakukan, tetapi prosesnya harus terbuka, serta tanpa tekanan dan manipulasi,” katanya.
sumber: https://www.beritasatu.com/politik/588305/golkar-tak-boleh-andalkan-pemilih-loyal-dan-tua