Informasi lebih lanjut hubungi 0811914812 / 081294084328

News & Blog

Ini Pemetaan Pilgub DKI Jakarta Berdasarkan Karakteristik Pemilih

News & Blog

BERITASATU.COM – Dalam hitungan bulan, pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta akan berlangsung, tepat tanggal 15 Februari 2017. Pilgub DKI Jakarta diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Agus Harimurty Yudhoyono-Silvyia Murni (Agus-Silvy), Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saifullah Hidayat (Basuki-Djarot) dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi).

Saat ini, ketiga pasangan calon DKI Jakarta sudah mulai melakukan kampanye. Namun, tensi dan dinamika pilgubnya sudah terasa dan semakin memanas. Hal ini wajar saja karena pilgub DKI Jakarta merupakan cerminan pemilu nasional sehingga ada mengatakan pilgub DKI Jakarta merupakan pilkada rasa pilpres.

Bagaimana pemataan jelang hari H pilgub DKI Jakarta? Tentu masing-masing pihak punya pandangan sendiri tergantung data, survei dan kepentingan masing-masing.

Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda menganalisis pemetaan pilgub DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pemilih. Hanta menjelaskan bahwa pemilih DKI Jakarta terdiri dari tiga karakteristik, yakni pemilih rasional, pemilih sosiologis, dan pemilih psikologis.

“Pemilih rasional adalah warga yang memilih berdasarkan gagasan, program, visi-misi dan kinerja paslon. Pemilih sosiologis adalah pemilih yang memilih berdasarkan faktor-faktor sosial, seperti ras, suku dan agama dari paslon. Sedangkan pemilih psikologis adalah pemilih yang memilih berdasarkan faktor-faktor psikologis, seperti memilih karena faktor menarik, ganteng atau cantik,” jelas Hanta saat diskusi Radio Sindotrijaya Network bertajuk “Hitam Putih Pilkada DKI Jakarta” di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11).

Selain Hanta, dalam diskusi tersebut, hadir juga Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno, Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti, Jubir Agus-Silvy Didi Irawadi Syamsudin, Jubir Ahok-Djarot Jerry Sambuaga, Jubir Anies-Sandi Mardani Ali Sera dan Peneliti Lingkaran Survei Indonesia Adjie Alfaraby.

Kemudian Hanta menerangkan kecenderungan pemilih rasional suka dan akan memilih pasangan Ahok-Djarot karena sudah terbukti. Sementara, pasangan Anies-Sandi dan pasangan Agus-Silvy cenderung dipilih oleh pemilih dengan karakteristik sosiologis dan psikologis.

“Nah, ini tergantung strategi masing-masing tim paslon untuk menggarap dan meraup suara-suara dari pemilih tadi. Semakin baik dan jitu strateginya, semakin besar untuk meraih simpati pemilih,” tandas dia.

Selain strategi, kata Hanta, kemenangan juga sangat ditentukan oleh kerja-kerja mesin partai, baik melalui darat maupun udara. Sejauh yang diamatinya, pasangan Agus-Silvy dan Ahok-Djarot sudah maksimal melakukan kerja-kerja serangan udara di media massa atau media sosial. Sementara pasangan Anies-Sandi lebih maksimal serangan darat dengan blusukan ke daerah-daerah di Jakarta.

“Hal ini juga perlu diperhatikan masing-masing tim kampanye agar ada keseimbangan antara kerja di udara dan darat,” imbuh dia.

Di antara pemilih karakteristik tersebut, Hanta juga menyebutkan tiga tipikal pemilih, yakni loyal voters, swing voters, dan undecided voters. Loyal voters adalah pemilih yang sudah mantap dan loyal memilih kandidat tertentu. Sementara swing voters adalah pemilih yang memilih kandidat tertentu, tetapi masih bisa bergerak atau memilih kandidat lain. Pemilih undecided voters adalah pemilih yang belum menentukan pilihannya.

“Jumlah loyal voters di DKI Jakarta sebenarnya rendah. Namun swing voters dan undecided voters-nya tinggi. Di area swing voters dan undecided voter inilah yang menjadi perebutan ketiga kandidat,” tutur dia.

Karena itu, kemenangan paslon tertentu di DKI Jakarta menurut Hanta ditentukan oleh empat faktor. Pertama, kemampuan paslon atau timnya untuk mempengaruhi segmentasi pemilih yang terdiri dari pemilih rasional, sosiologis dan psikologis. Kedua, pengaruh media baik media massa maupun media sosial. Karena itu, kerja darat harus seimbang dengan kerja udara.

“Ketiga, pengaruh politik uang rendah di DKI Jakarta karena itu hati-hati menggunakan politik uang, bisa jadi blunder. Keempat, kemampuan dan strategi jitu untuk menarik dukungan dariswing voters dan undecided voters,” pungkas Hanta.

Sumber: http://www.beritasatu.com/aktualitas/398757-ini-pemetaan-pilgub-dki-jakarta-berdasarkan-karakteristik-pemilih.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

We take processes apart, rethink, rebuild, and deliver them back working smarter than ever before.