SINDONEWS.COM – Kasus penistaan agama yang menjerat pasangan calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), membuat elektabilitas pasangan calon nomor dua ini mengalami penurunan drastis. Suara Ahok kemudian tersebar dikedua paslon lain, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Anies Rasyid Baswedan.
Lembaga Poltracking yang melakukan survei mulai dari 7-17 November 2016 dengan menggunakan metode multi-stage random sampling terhadap 1.200 responden. Menyimpulkan suara Ahok-Djarot mengalami penurunan drastis. Survei menyimpulkan dengan margin of error 2,8 persen.
Dari hasil survei mendapati Agus-Slyvi unggul di 27,92%, Ahok-Djarot di 22%, dan Anies-Sandi di 20,42%, sementara 29,66% responden memilih tidak menjawab. Nilai itu menurun dari hasil survei sebelumnya yang menyebutkan suara Ahok mencapai 37,95% dan Anies 36,38%, sedangkan Agus belum memiliki persentase, mengingat dirinya belum mendaftar.
Direktur Eksekutif dan Riset Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR menyampaikan, faktor Agama mempengaruhi presentasi suara nantinya. Sementara terhadap asal daerah dan suku, keduanya tidak mempengaruhi.
Termasuk persoalan wajah dan tampang, responden mencatat hal itu tidak penting, dibandingkan dengan karakter kerja yang santun dan tegas. Selain itu, banyak responden juga menilai Program, Pengalaman, dan Prestasi menjadi pilihan nantinya.
“Walaupun sejauh ini responden merasakan puas terhadap kinerja Ahok. Tapi mungkin karena demo kemarin, elektabilitas dia (Ahok) menurun,” tutur Hanta di kawasan Hotel Sofyan Betawi, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (28/11/2016).
Meski demikian, terkait soal popularitas, Ahok masih menjadi yang tertinggi yakni 94,8%, jauh dibanding Agus hanya 87,5%, dan Anies 85,9%. Walaupun popular, namun kasus yang terjadi pada Ahok membuat masyarakat tidak menyukainya.
Ini tercatat dari enam tokoh berpartisipasi Ahok berada di posisi empat dengan tingkat kesukaan masyarakat sebesar 60%, tertinggal cukup jauh dari Agus sebesar 73,83%, Anies 71,67%, dan Sandiaga 62,42%. Sementara paslon dua lainnya, Slviana 58,83%, dan Djarot 55,50%.
“Yang paling mendongkrak naik yakni Agus, mengingat, survei sebelumnya Agus belum begitu terkenal,” jelasnya.
Selain itu, Poltracking juga mencatat peran media cukup berpengaruh dalam elektabilitas, popularitas, dan suara paslon. Ini terlihat dari sejumlah publik yang melihat media massa yang mainstream dan kovensional sebesar 77,83% memiliki pengaruh, sementara 70,43% lainnya menilai media sosial juga memiliki pengaruh.
“Jadi bisa disampaikan berita di media ataupun isu di medsos sangat berpengaruh terhadap suara responden dan masyarakat,” tuturnya.
Sementara terkait politik uang, Poltracking menyampaikan, kecerdasan dan tingginya masyarakat Jakarta membuat uang tak mempengaruhi. Hasil survei mendapati sebanyak 71,75% responden menilai politik uang tidak boleh dilakukan. Survei lainnya mencatat 54,33% tidak akan menerima uang. Sementara 44,92% menyebutkan sekalipun nantinya akan mendapatkan uang, namun mereka tidak akan memilih.
Meningginya suara Agus dalam sebulan terakhirnya tak lepas dari peran Susilo Bambang Yudhono (SBY), dan mantan prajurit Militernya. Agus dianggap responden juga memiliki karakter program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, seperti bantuan langsung, dan figur SBY.
Hal ini lah yang dianggap Poltracking dimanfaatkan untuk mencuri responden Ahok yang terpecah. “Makanya suara dia begitu tinggi,” tutur Hanta. (mhd)
Sumber: https://metro.sindonews.com/read/1158684/171/kasus-penistaan-agama-elektabilitas-ahok-djarot-turun-drastis-1480250872/13