SUARA PEMBARUAN – Peneliti dari Poltracking Agung Baskoro mengemukakan survei digunakan sebagai instrumen mengetahui opini dan persepsi publik. Dalam pelaksanaannya, terdapat seperangkat metode ilmiah-akademik yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, untuk melihat kualitas sebuah survei harus dilihat bagaimana metodologinya.
“Dari metodologi, hasil survei bisa dilihat apakah benar-benar berkualitas atau sekedar mengejar isi tas atau dompet,” kata Agung di Jakarta, Sabtu (7/6).
Ia menjelaskan bagi kalangan terdidik atau pemilih rasional, survei dapat menjadi referensi. Sebaliknya, efek survei bagi kalangan menengah ke bawah atau pemilih irasional kurang berpengaruh karena faktor figur masih lebih dominan.
Sementara juru bicara pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, Nurul Arifin mengemukakan banyak lembaga survei saat ini yang tidak independen. Pada umumnya lembaga tersebut, utamanya yang dipublikasikan kepada masyarakat adalah untuk menggiring opini dan mempengaruhi masyarakat agar tergiring pada tokoh yang dijualnya.
“Sulit menemukan lembaga survei yang benar-benar obyektif dan independen. Bahkan mungkin tidak ada. Namun jika diambil sisi positifnya, bisa saja hasil survei tersebut dijadikan panduan untuk kami mengatur strategi. Akhirnya publik sendiri yang menilai dan memberi label survei-survei yang ada,” ujarnya.
Sumber : suara pembaruan, 7Juni 2014