BELUM juga sebulan pemerintahan periode kedua Joko Widodo dimulai, Partai NasDem sudah berancang-ancang menghadapi Pemilihan Umum 2024. Rapat Komisi C Bidang Pemenangan Pemilu Kongres II NasDem yang digelar
di Jakarta International Expo, Ahad, 10 November lalu, membahas sejumlah calon presiden potensial.
Ketua Pemenangan Pemilu NasDem wilayah Aceh dan Sumatera Utara, Zulfan Lindan, mengatakan pembahasan calon presiden mengerucut pada empat gubernur di Pulau Jawa, yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid
Baswedan; Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil; Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo; dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. “Mereka berpotensi kami usung dalam pemilihan presiden 2014,” kata Zulfan kepada /Tempo/, Senin, 11 November lalu.
NasDem, ujar Zulfan, mencari calon presiden dari luar partai karena Ketua Umum Surya Paloh menolak ikut kompetisi. Saat berpidato dalam peringatan ulang tahun Partai NasDem, Senin, 11 November lalu, Surya
mengatakan bakal menjadi calon presiden jika tawaran itu datang 20 tahun lalu atau saat ia berusia 48 tahun. “Saya tidak mungkin mengembalikan jarum jam,” ucapnya.
Ketua Pemenangan Pemilu Sumatera 2 NasDem, Willy Aditya, mengatakan pembahasan calon presiden yang akan diusung partainya melibatkan Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda. Sumber yang hadir
dalam pertemuan itu mengatakan nama Ganjar Pranowo kemudian tak terlalu dilirik karena merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan tak memberikan keuntungan elektoral untuk NasDem.
Adapun sisanya tak menjadi pengurus partai politik mana pun dan berpotensi melejitkan suara NasDem dalam pemilihan legislatif. Hanta membenarkan kabar bahwa dia menjadi pemberi materi dalam rapat Komisi C
tersebut. “Materinya dari pagi hingga sore,” tuturnya ketika dihubungi, Jumat, 15 November lalu. Hanta menyatakan gubernur di Pulau Jawa memiliki dua kelebihan, yaitu lebih disorot media dan memimpin daerah
dengan jumlah penduduk besar.
Ketua NasDem Irma Suryani Chaniago membenarkan info bahwa partainya melirik Anies Baswedan. Penyebabnya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mampu mengalahkan inkumben Basuki Tjahaja Purnama dalam
Pemilihan Gubernur DKI 2017. Menurut dia, Anies juga punya kedekatan dengan Partai NasDem dan ketua umumnya, Surya Paloh. Anies ikut mendeklarasikan organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat pada 2010.
Organisasi tersebut cikal-bakal Partai NasDem.
Anies pun menjadi pengisi acara /Save Our Nation/ di stasiun televisi milik Surya Paloh, /Metro TV/. “Saya selalu memanggil Bang Surya dengan sebutan ‘Abang’,” ujar Anies setelah berpidato dalam kongres NasDem,
Jumat, 8 November lalu. Adapun Surya memanggil Anies dengan sapaan “Adik”. Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali pernah menyaksikan kedekat-an keduanya. Ketika Surya pulang dari pulau pribadinya, Kaliage,
dan bertemu dengan Anies, yang bertandang ke kantor Dewan Pimpinan Pusat NasDem pada 24 Juli lalu, “Mereka berpelukan dan saling menyapa ‘adik-abang’,” katanya.
Sedangkan Ridwan Kamil, Irma Suryani mengungkapkan, dinilai cukup terkenal di media sosial dan disukai penduduk Jawa Barat. NasDem pun memperhitungkan jumlah pemilih di Jawa Barat, yang pada Pemilu 2019
mencapai 34,6 juta—terbanyak di negeri ini. Dalam Pemilu 2019, NasDem berada di urutan kelima dengan raih-an 1,2 juta suara.
Adapun Khofifah Indar Parawansa menjadi satu-satunya gubernur perempuan di Indonesia dan memiliki pengalaman panjang di legislatif ataupun eksekutif. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur, Khofifah menjabat
Menteri Sosial pada 2014-2018. Menurut Irma, NasDem akan memilih tokoh yang mempunyai elektabilitas tinggi dan berpengalaman. “Tentunya calon yang dipilih harus memiliki manfaat elektoral untuk partai,” ucapnya.
Peneliti dari Lembaga Survei Indonesia Denny JA, Rully Akbar, mengatakan nama-nama gubernur itu masuk daftar potensial calon presiden 2024. Nama-nama lain merupakan ketua umum partai, menteri, dan petinggi
kepolisian. “Semuanya minimal punya popularitas awal di atas 25 persen,” ujarnya ketika dihubungi, Jumat, 15 November lalu. Sigi itu dilakukan pada Oktober 2018-April 2019 dengan koresponden 2.000 orang.
Dalam penjaringan calon presiden, NasDem akan menggelar konvensi pada 2022. Bendahara Umum NasDem Ahmad Sahroni mengatakan 2022 dipilih karena pada tahun itu masa jabatan sejumlah kepala daerah, termasuk Anies Baswedan, habis. Padahal pemilihan kepala daerah berikutnya, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, baru akan digelar pada 2024. “Kami berikan
panggung untuk mereka melalui konvensi,” kata Sahroni. Dia juga meyakini konvensi bakal meningkatkan elektabilitas NasDem menjelang pemilu.
Para kepala daerah yang hadir dalam Kongres NasDem menyatakan belum memikirkan kemungkinan menjadi calon presiden. Mereka mengatakan akan berfokus membangun daerah masing-masing. “Saya berfokus dulu di Jakarta,” ucap Anies. Begitu pula Ganjar, Ridwan, dan Khofifah.
Zulfan Lindan mengatakan konvensi akan berbeda dengan pergelaran serupa yang diadakan Partai Golkar pada 2004. Kala itu, konvensi Golkar diikuti elite partai beringin. “Internal NasDem tidak akan ada yang ikut
konvensi,” tuturnya.
Kepada /Tempo/, Surya Paloh mengatakan konvensi itu terbuka bagi siapa pun dan pemenangnya tidak perlu menjadi kader NasDem. Konvensi, dia melanjutkan, juga akan melibatkan partai lain untuk memenuhi ambang
batas presidensial sebesar 20 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat atau 25 persen perolehan suara pemilu legislatif. Dengan begitu, pemenang konvensi sudah pasti mendapat tiket maju ke pemilihan presiden. “Siapa
pun pemenang konvensi tidak dibikin menggantung,” ujar Surya, Senin, 11 November lalu.
Pembahasan ambang batas ini disinggung dalam pertemuan petinggi NasDem saat berkunjung ke kantor Partai Keadilan Sejahtera pada 30 Oktober lalu. Ketua PKS Mardani Ali Sera mengatakan kedua partai menjajaki
kemungkinan berkoalisi untuk memenuhi ambang batas pemilihan presiden. Di parlemen, 59 kursi NasDem ditambah 50 milik PKS mencapai 18,95 persen dari total 575 kursi. “Kalau ditambah satu partai lain bisa memenuhi
syarat,” kata Mardani.
Menurut Mardani, kini di partainya ada istilah “teman dekat 20 persen” untuk menggambarkan kedekatan dengan NasDem. Menanggapi kemungkinan koalisi dengan PKS, Surya menyatakan itu bisa saja terjadi. “Bahkan kalau perlu untuk dua-tiga kali pemilu ke depan,” ucapnya.
sumber: https://majalah.tempo.co/read/158776/panggung-untuk-sang-adik