Informasi lebih lanjut hubungi 0811914812 / 081294084328

News & Blog

Pemecatan Agung Laksono Terlalu Gegabah

News & Blog

REPUBLIKA.CO.ID – Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono dipecat dari jabatannya. Pengamat politik Hanta Yuda menilai pemecatan Agung hanya akan menambah turbulensi dalam tubuh partai berlambang Pohon Beringin itu.
Hanta mengatakan, Golkar merupakan partai yang berisikan beberapa faksi yang kuat. Meskipun sekarang ini, ia mengatakan, faksi Aburizal Bakrie yang menguasai struktur partai. Karena itu, Hanta menilai langkah Aburizal dengan memecat Agung keliru. “Langkah yang saya sayangkan, terlalu gegabah,” ujar dia selepas acara diskusi di Cikini, Jakarta, Ahad (10/8).
Menurut Hanta, langkah pemecatan itu tidak memberikan dampak positif bagi partai. Justru, ia mengatakan, langkah itu hanya akan semakin memperkuat turbulensi di internal Golkar. Ketika turbulensi itu semakin kencang, menurut dia, maka imbasnya akan tidak baik untuk institusi. “Yang dirugikan adalah Golkar sebagai kelembagaan,” kata dia.
Berdasarkan informasi yang didengarnya, Hanta mengatakan, pemecatan terjadi karena Agung salah satu yang kencang menyuarkan Munas Golkar digelar pada tahun ini. Sementara ada pihak lain yang tetap menyebut Munas akan digelar pada 2015. Namun adanya perbedaan ini, menurut Hanta, tidak perlu ditindaklanjuti dengan pemecatan. “Ketua umum sekarang ini mestinya tidak mengambil langkah seperti ini karena itu pasti memperkeruh,” ujar dia.
Hanta tidak menafikan adanya kabar manuver di dalam tubuh Golkar terkait perebutan kursi Ketua Umum DPP Partai Golkar. Antara lain muncul nama Agung dan MS Hidayat. Namun, Hanta menilai manuver di dalam tubuh partai merupakan hal yang biasa. Sebagai seorang ketua umum, menurut dia, Aburizal seharusnya tetap dapat mengendalikan situasi dengan demokrasi. “Kalau pesawat itu, ada turbulensi, harusnya seorang pilot itu memberi ketenangan pada semua kru, penumpang. Bukan membuat keributan,” kata dia.
Menurut Hanta, semua kader Golkar saat ini harus bisa menyamakan persepsi. Ia menilai, yang terpenting saat ini adalah semua berpikir untuk kepentingan Golkar sebagai institusi, bukan untuk kepentingan faksi atau perorangan. “Bukan untuk selamatkan karier atau posisi politik seseorang,” ujar dia.
Sumber :Republika, 10 Agustus 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

We take processes apart, rethink, rebuild, and deliver them back working smarter than ever before.