Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei pada 25 September – 1 Oktober 2023 di Jawa Timur. Jawa Timur adalah provinsi penentu dan terpadat kedua secara DPT. Lebih dari 31 juta pemilih atau sekitar 15.5% pemilih ada di Jawa Timur. Ada faktor lain yang membuat Jawa Timur menjadi menarik, secara kultural Jawa Timur basis Nahdlatul Ulama, salah satu faktor yang selalu diperhitungkan dalam kontestasi Pilpres. Pada sisi lain, Jawa Timur dianggap provinsi “tak bertuan”, sehingga Jawa Timur potensial menjadi penentu kemenangan Pilpres. Kalkulasi politik berkaitan dengan potensi kemenangan dan representasi suara dari Jawa Timur, akan menjadi salah satu pertimbangan penting dalam Pilpres 2024.
Survei ini menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1000 responden dengan margin of error +/- 3.1% pada tingkat kepercayaan 95%. Klaster survei menjangkau 38 kabupaten/kota di Jawa Timur secara proporsional berdasarkan data jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024. Pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan teknologi aplikasi digital terhadap responden yang telah terpilih secara acak.
Maksud dan tujuan dari survei ini adalah untuk mengukur peta kekuatan elektoral calon presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres), dan partai politik di Jawa Timur.
Temuan pokok dan analisis hasil survei di Jawa Timur ini dapat dijelaskan sebagaimana berikut:
Pertama. Elektabilitas calon presiden di Jawa Timur. Pada simulasi surat suara 3 nama calon presiden, Prabowo Subianto memperoleh angka elektabilitas (40.6%), diikuti Ganjar Pranowo (38.2%) dan Anies Baswedan (13.6%). Dan Tren elektabilitas 3 Capres pada Juni dan September 2023, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan cenderung mengalami kenaikan. Dalam simulasi dua kandidat (head-to-head), Ganjar Pranowo (51.9%) vs Anies Baswedan (17.6%) berjarak cukup signifikan (34.3%). Begitu pun, simulasi Prabowo Subianto (53.4%) vs Anies Baswedan (17.9%) berjarak cukup signifikan (35.5%). Sedangkan, head-to-head antara Prabowo Subianto (42.3%) vs Ganjar Pranowo (40.5%) relatif seimbang.
Kedua. Elektabilitas calon wakil presiden di Jawa Timur. Pada simulasi 11 nama calon wakil presiden, Erick Thohir memperoleh angka elektabilitas (19.8%), diikuti Mahfud MD
(15.2%), Muhaimin Iskandar (14.7%), Khofifah Indar Parawansa (13.7%), Ridwan Kamil (6.8%), Gibran Rakabuming Raka (6.1%), Sandiaga Salahuddin Uno (4.5%), Agus Harimurti Yudhoyono (2.7%), Andika Perkasa (2.2%), Puan Maharani (1.6%), dan Airlangga Hartarto (0.5%). Dan pada simulasi 10 nama calon wakil presiden, Erick Thohir memperoleh angka elektabilitas (21.4%), diikuti Mahfud MD (15.7%), Muhaimin Iskandar (14.8%), Khofifah Indar Parawansa (14.3%), Ridwan Kamil (7.4%), Sandiaga Salahuddin Uno (4.6%), Agus Harimurti Yudhoyono (2.8%), Andika Perkasa (2.3%), Puan Maharani (1.7%), dan Airlangga Hartarto (0.5%).
Ketiga. Elektabilitas calon presiden berdasarkan Wilayah Aglomerasi – Kultural di Jawa Timur. Dalam simulasi 3 calon presiden, di Wilayah Mataraman (28.0%) elektabilitas Ganjar Pranowo (48.4%), Prabowo Subianto (36.7%), dan Anies Baswedan (4.0%). Di Arek (26.0%) elektabilitas Ganjar Pranowo (43.1%), Prabowo Subianto (36.9%), dan Anies Baswedan (12.5%). Di Wilayah Tapal Kuda (25.0%) elektabilitas Prabowo Subianto (47.8%), Ganjar Pranowo (30.0%), dan Anies Baswedan (13.4%). Di Pantura (12.0%) elektabilitas Ganjar Pranowo (41.9%), Prabowo Subianto (40.2%), dan Anies Baswedan (14.5%). Di Madura (9.0%) elektabilitas Anies Baswedan (44.8%), Prabowo Subianto (42.5%), dan Ganjar Pranowo (9.2%).
Keempat. Sebaran pemilih calon presiden ke calon wakil presiden, pemilih Prabowo Subianto cenderung memilih Erick Thohir (36.7%). Pemilih Ganjar Pranowo berimbang antara Mahfud MD (25.3%) dan Khofifah Indar Parawansa (20.8%). Sedangkan, pemilih Anies Baswedan cenderung kepada Muhaimin Iskandar (74.4%).
Kelima. Elektabilitas partai politik di Jawa Timur. Pada simulasi surat suara 18 partai politik, PDI Perjuangan memperoleh elektabilitas (21.5%), diikuti PKB (20.6%), Partai Gerindra (15.3%), Partai NasDem (6.9%), Partai Golkar (6.8%), PAN (6.0%), Partai Demokrat (5.3%), PPP (3.9%), PKS (1.5%), dan Perindo (1.4%) sementara partai politik lainnya masih di bawah 1 persen.
Keenam. Kedekatan Publik dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sebanyak (80.1%) publik yang merasa dekat dengan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Pemilih yang merasa dekat dengan NU memiliki kecenderungan memilih calon presiden cukup berimbang kepada Prabowo Subianto (41.7%) dan Ganjar Pranowo (37.5%), sedangkan Anies Baswedan (14.6%). Sementara untuk calon wakil presiden cenderung berimbang kepada Erick Thohir (20.8%), Mahfud MD (17.2%), Muhaimin Iskandar (16.7%), dan Khofifah Indar Parawansa (13.7%). Sedangkan untuk Ridwan Kamil (8.1%), Sandiaga Salahuddin Uno (4.1%), Agus Harimurti Yudhoyono (2.7%), Andika Perkasa (2.0%), Puan Maharani (2.0%), dan Airlangga Hartarto (0.5%).
Ketujuh. Kecenderungan publik yang puas terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin, pilihan calon presidennya berimbang kepada Ganjar Pranowo (42.5%) dan Prabowo Subianto (39.3%). Sedangkan kepada Anies Baswedan (11.6%). Sementara pilihan untuk calon wakil presiden berimbang antara Erick Thohir (20.3%), Mahfud MD (17.9%), Khofifah Indar Parawansa (14.5%), Muhaimin Iskandar (14.1%). Sedangkan untuk Ridwan Kamil (8.7%), Sandiaga Salahuddin Uno (4.8%), Andika Perkasa (2.5%), Andika Perkasa (2.2%), Puan Maharani (2.0%), dan Airlangga Hartarto (0.5%).
Temuan ini merupakan potret terbaru dari survei yang dilakukan pada akhir September sampai awal Oktober 2023. Peta politik masih sangat mungkin berubah bergantung kalkulasi elite dan keputusan pemilih dalam memantapkan pilihannya dalam Pemilu 2024.
Jakarta, 11 Oktober 2023
Arya Budi
Direktur Riset Poltracking Indonesia
Contact Person:
Arya Budi (081392028111)
Masduri Amrawi (085234977108)