JAWAPOS.COM – Kepercayaan publik kepada Majelis Kehormatan Dewan (MKD) mulai menyusut setelah mereka menggelar sidang tertutup kepada Ketua DPR Setya Novanto (Setnov), Senin (7/12)  sore.

Menurut Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda, ketika Menteri ESDM Sudirman‎ Said dan Bos PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin digelar sidang secara terbuka, tapi giliran Novanto rapat digelar tertutup, menimbulkan kecurigaan ada deal-deal.

“Ada kecurigaan,  ada indikasi kompromi politik. Gembos, masuk angin di dalam‎ (MKD),” ujarnya ketika ingin menyaksikan persidangan Setnov di depan MKD, DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/12).

‎Kendati masih ada tujuh fraksi di luar Golkar, PPP, dan Gerindra yang membela Setnov, namun indikasi mereka balik badan mendukung bisa saja terjadi.

 “Kemungkinan mereka berbelok‎, balik badan. Kalau dibuka, ada putusan, enakkan, transparansi,” tegasnya.

Timbul kecurigaan bahwa Golkar telah melancarkan aksinya.  “Ini kan timbulkan kecurigaan publik. Semakin terklarifikasi ada anomali ganjil, publik semakin tidak percaya sama MKD. Anggota MKD bisa diintervensi secara nasional,” ucapnya.

Padahal, lanjut dia, sidang kode etik Setnov bisa mengklarifikasi semua tudingan Menteri ESDM. Jika digelar terbuka publik akan percaya bahwa Setnov korban.

“‎Kenapa takut? ‎Ini menggerus trust publik kepada yang bersangkutan juga MKD,” tuturnya.

Dan jika benar ada intervensi keputusan MKD, kata Hanta majelis etik itu tidak lagi diperlukan. “Paling ekstrim gak ada putusan, voting, selesai. Maka semakin klir ada deal politik. Gak perlu lagu MKD,” tandasnya. (dna/JPG)

Sumber : http://www.jawapos.com/read/2015/12/07/12836/-sidang