BERITASATU.COM – Survei yang diadakan Pol-Tracking Institute menunjukkan 79 persen atau hampir 80 persen pemilih berminat untuk mengikuti pemilu.
“Artinya, ada 21 persen pemilih yang berpotensi tidak menggunakan hak suaranya (golput), itu belum termasuk golput teknis karena tak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT),” kata Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda AR dalam rilis survei yang dikutip dari laman Pol-Tracking Institute, Jumat (20/12).
Survei nasional bertajuk “Membaca Kecenderungan Sikap & Perilaku Pemilih dalam Pemilu Legislatif 2014” tersebut dilakukan pada 13 September 2013 hingga 11 Oktober 2013 secara serempak di 33 provisi di seluruh Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 2010 responden.
Berdasarkan jumlah ini, diperkirakan margin of error sebesar plus minus 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sampel survei ini menggunakan metode multi-stage random sampling, sedangkan pengambilan data melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner.
Pol Tracking Institute dalam survei tersebut juga mendapati, PDIP (18,5 persen) dan Golkar (16,9 persen) mempunyai tingkat keterpilihan (elektabilitas) cenderung stabil dua digit.
Sementara itu, Partai Demokrat (PD) dan PKS adalah partai yang paling tidak stabil jika memperhatikan hasil pemilu 2009. PD menurun drastis dari 20,85 persen pada Pemilu 2009 menjadi 8,8 persen, dan PKS dari 7,88 persen di Pemilu 2009 menjadi 2,9 persen.
Berdasarkan survei ini, perilaku memilih publik cenderung ditentukan oleh figur atau tokoh kandidat. Publik lebih memilih mencoblos caleg 69 persen dibandingkan partai politik peserta pemilu 12 persen.
Artinya, kandidat capres maupun caleg berperan penting sebagai ‘street level politicians’ yang menampilkan perwajahan partainya.
Sumber: http://www.beritasatu.com/politik/156809-survei-79-persen-masyarakat-masih-inginkan-nyoblos-di-pemilu.html