REPUBLIKA.CO.ID – Pemilih mengambang (swing voter) dinilai menjadi penentu pada persaingan Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasil survei menunjukkan, elektabilitas ketiga pasangan calon (paslon) bersaing ketat.
“Persaingan cukup kompetitif. Tentu saja, kandidat yang berhasil merebut swing voters kami anggap angkanya cukup besar, mereka yang akan berjaya,” ujar Direktur Eksekutif dan Riset Poltracking Indonesia Hanta Yuda saat merilis hasil survei terbaru Pilkada DKI Jakarta 2017 di Jakarta, Ahad (27/11).
Berdasarkan hasil survei Poltracking, pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, meraih angka 27,92 persen. Kemudian, disusul Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot mendapatkan 22,00 persen. Sedangkan, pasangan nomor urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh 20,42 persen. Sementara, untuk pemilih yang belum menentukan (swing voter) sebesar 29,66 persen.
Angka itu didapat setelah Poltracking Indonesia melakukan survei dari 7-17 November 2016 dengan menggunakan metode stage random sampling. Survei tersebut diikuti 1.200 responden dengan margin of error sebesar kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Khusus Ahok-Djarot, lanjut Hanta, selain elektabilitasnya menurun drastis, hasil survei juga menunjukkan, pasangan ini tak berdaya saat head to head antara ketiga pasangan. Ahok-Djarot selalu kalah saat disimulasikan Pilkada DKI Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan calon saja, baik dihadapkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni maupun Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Sementara, pasangan Agus-Sylvi selalu unggul ketika dihadapkan dengan pasangan siapa saja.
Agus-Sylvi unggul telak dengan perolehan 45,95 persen saat berhadapan dengan Ahok-Djarot yang hanya mendapatkan 24,83 poin dengan undecided voters sebesar 29,25 persen. Kemudian, Agus-Sylvi juga unggul tipis atas Anies-Sandi dengan angka 37,75 persen berbanding 28,08 persen. Sementara, untuk undecided voters-nya sebanyak 34,17 persen.
Untuk pasangan nomor urut tiga, Anies-Sandi, lebih unggul dengan 39,92 persen dari pasangan Ahok-Djarot 25,75 persen dan pemilih yang belum menentukan pilihannya sekitar 34,33 persen. Hasil ini berbanding terbalik pada saat hasil survei Poltracking Indonesia pada September lalu. Ketika itu, Ahok-Djarot berhasil unggul dengan 37,95 persen dan Anies-Sandi 36,38 persen
Namun, menurut Hanta, angka ini akan terus berubah dalam beberapa waktu ke depan. Mengingat, pemilih di DKI Jakarta cenderung dinamis dibanding daerah lainnya. Bahkan, angka undecided voters lebih tinggi dibanding presentasi ketiga pasangan calon tersebut, yaitu mencapai 29,66 persen.
Menanggapi hal tersebut, anggota tim pemenangan Ahok-Djarot Ansy Lema menegaskan, pihaknya tidak khawatir, apalagi panik dengan hasil survei Poltracking Indonesia terbaru ini. Pihaknya juga mengakui apabila elektabilitas jagoannya merosot. Hanya saja, kata Ansy, itu terjadi karena situasi politik yang tengah pada titik mendidih. Apalagi, survei itu dilakukan beberapa hari pascaaksi 411 yang dianggapnya menyudutkan Ahok.
“Saya kira, hasil survei ini terpengaruh oleh aksi 411. Tapi, ingat, masih banyak waktu untuk mengevaluasi. Kasus Ahok juga belum final, tersangka itu belum tentu terdakwa,” tuturnya.
Sedangkan, tim pemenangan Agus-Sylvi mengaku, hasil survei tersebut menjadi tantangan. “Karena, kami mulai dari nol dan kini memimpin. Tapi, ini masih tiga bulan lagi, semoga tabungan ini tetap terjaga dan terus bertambah,” ungkap anggota tim pemenangan Agus-Sylvi, Didi Irawadi Syamsudin.
Sumber