PRESS RELEASE
(Rilis Hasil Survei Nasional Media Habit dan Elektabilitas Partai Desember 2013 & Riset Media Monitoring Periode 1 Februari–24 Desember2013)
Pol-Tracking Institute mengeluarkan hasil riset media monitoring bertajuk “Potret Geliat Pemberitaan Partai Politik Sepanjang 2013 – Menangkap Tren Tone Berita Dan Elektabilitas”. Survei Nasional ini dilalukan pada 16-23 Desember 2013 dengan metode multisage random sampling, jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.200 responden dengan margin error +/- 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survei nasional terkait media habit, sebanyak 74% publik di bulan Oktober 2013 dan 75% di bulan Desember 2013 menyatakan media sangat berpengaruh terhadap pilihan politik. Sedangkan terkait sumber informasi publik terhadap partai politik, sebanyak 46,91% publik di Oktober 2013 menyatakan pemberitaan media massa merupakan sumber utama, angka tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil survey pada bulan Desember dengan 46,96%. Sumber informasi yang berada pada posisi kedua adalah Iklan media massa (22,27%-Oktober & 23,01% Desember).
Segmen media yang paling banyak diakses oleh publik setiap harinya adalah TV, yaitu sebanyak 77,1% di Desember 2013 yang naik dari survei sebelumnya. Hanya 10% publik yang membaca koran setiap harinya, dan hanya 7,2% di Desember 2013 publik yang menyatakan mengakses internet setiap harinya.
Program TV Berita, merupakan program yang paling banyak ditonton oleh publik yaitu sebanyak 39,06%, tidak banyak berubah dari survei sebelumnya di bulan Oktober. Tempat kedua ditempati program Hiburan 36,14% naik dari posisi survei September-Oktober yang hanya sebesar 29,83% dan Infotainment menempati posisi ketiga sebanyak 4,59% atau turun sedikit dari survei September-Oktober yang sebesar 5,04%.
Sedangkan, Riset Media Monitoring menggunakan metode purposive sampling pada 15 media yang terdiri dari 5 media cetak (Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, Seputar Indonesia), 5 media online (Detik.com, Kompas.com, Merdeka.com, Okezone.com, Viva.co.id) dan 5 media televisi (Trans TV, SCTV, RCTI, Metro TV dan TV One). Proses penyeleksian media didasarkan pada cakupan wilayah sirkulasi (media nasional), rating online, TV berita, serta kepemilikan media.
Sedangkan pengumpulan data dilakukan dalam periode 1 Februari- 24 Desember 2013. Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengumpulkan dan menganalisa (content analysis) serta analisis sosio-politik (critical discourse analysis) mengenai pemberitaan partai politik dan calon presiden dalam rubrikasi politik nasional dan segmen berita untuk media online.
Ada beberapa temuan menarik dari hasil riset media monitoring ini. Pertama, selama 1 Februari-24 Desember 2013, perhatian publik pada berita politik ternyata lebih banyak tersita kepada tema-tema berita: Kebijakan Politik (27,2%), Kasus Hukum (19,9%), Kegiatan Partai (12,1%) dan Pencapresan (8%). Temuan ini menandakan, menjelang Pemilu 2014, secara agregatif di 2013 pemberitaan terkait pelaksanaan dan optimalisasi fungsi partai juga mulai banyak diberitakan yaitu terkait respon atas Kebijakan Politik dan Kegiatan Partai.
Kedua, temuan riset media monitoring menunjukan bahwa parpol yang paling banyak diberitakan di semua jenis media (agregatif) yaitu: Demokrat (32,4%), PKS (15,3%), PDIP (11,8%), Golkar (10,9%) dan Hanura (4,5%). Temuan tersebut menunjukan sorotan media selama setahun terakhir lebih banyak tertuju kepada 4 partai (PD, PKS, PDIP, Golkar) yang memiliki frekuensi pemberitaan di atas 10%.
Ketiga, untuk temuan khususnya di tema berita Kasus Hukum, partai politik yang paling banyak mendapat sorotan di 2013 adalah PKS (46,7% dari total berita PKS) dan Partai Demokrat (20,5% dari total berita PD) serta Golkar (31,9% dari total berita Golkar). Kondisi tersebut sangat beralasan karena kasus korupsi yang melibatkan sejumlah tokoh dan petinggi dari parpol tersebut.
Kasus Korupsi itu menyebabkan PKS (23,87%) dan PD (20,53%) serta Golkar (19,1%) adalah partai yang memiliki tone pemberitaan negatif paling tinggi dibanding partai lain. Untuk PDIP meskipun ada kadernya yang menjadi tersangka (tema kasus hukum), namun wacana pencapresan Jokowi mampu mengimbangi munculnya pemberitaan negatif soal kasus korupsi.
Temuan di atas tentu mengonfirmasi hasil Survei Nasional Pol-Tracking pada 13 September-11 Oktober lalu yang menyebutkanbahwa faktor Korupsi (49%) adalah faktor paling berpengaruh terhadap kegagalan partai politik pada pemilu mendatang, dibandingkan faktor lainnya. Hal itu bisa dilihat berdasarkan data hasil survei yang memiliki temuan; elektabilitas Demokrat sebesar 8,8% (Survei Oktober 2013) dan 7,92% (Survei Desember 2013) turun dari hasil pemilu 2009 sebesar 20,85%. Elektabilitas PKS dalam survey ini 2,9% (Survei Oktober 2013) dan 3% (Survei Desember 2013), padahal pemilu 2009 berada diurutan keempat dengan perolehan suara sebesar 7,8%.
Keempat,partai yang memiliki pemberitaan dengan tone positif di atas 25% dari total berita tiap-tiap partai adalah NasDem (34,54%), Hanura (31,9%), PDIP (26,26%) dan Gerindra (26,19%). Partai yang paling banyak memiliki tone positif tidak terlepas dari perannya sebagai oposisi atau acapkali diametral dalam merespon kebijakan pemerintah. Elektabilitas keempat partai juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan perolehan suara di pemilu 2009 dan hasil survei nasional Pol-tracking di Desember 2013.
Temuan Riset Media Monitoring (tone berita) dan Survei Nasional (elektabilitas) menunjukan adanya hubungan yang kuat antara tren berita positif/tren berita negative terhadap elektabilitas partai dalam jangka pendek. Karena itu, dengan makin pendeknya momen pemilu 2014, sebaiknya parpol sudah mulai berbenah dalam melakukan positioning nya kepada publik.
Jakarta, 14 Januari 2014
Hanta Yuda AR
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute
