KOMPAS.COM – Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute Hanta Yuda memprediksi Partai Golkar akan mengalami kekalahan di pemilihan presiden seperti pernah terjadi pada 2004. Hal itu karena ada banyak faksi di tubuh Golkar sehingga sulit untuk fokus mendukung satu calon presiden dalam pilpres.
Pada 2004, Golkar menentukan Wiranto dan Salahuddin Wahid sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung dalam pilpres. Keputusan itu diambil berdasarkan hasil konvensi yang dilakukan Golkar pada saat itu. Di tahun yang sama, tokoh senior Golkar, Jusuf Kalla, justru merapat ke Partai Demokrat untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Demokrat menang dalam Pilpres 2004, jauh meninggalkan Golkar.
“Karakter Golkar sudah biasa seperti itu. Ini potret opsionalisme yang mengganggu Golkar mendukung satu capres,” kata Hanta saat dihubungi, Kamis (13/3/2014).
Di internal Golkar, kata Hanta, sedikitnya ada tiga faksi yang sama kuat. Faksi itu meliputi kubu Aburizal “Ical” Bakrie sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, faksi Jusuf Kalla, dan faksi Akbar Tandjung. Menurut Hanta, ketiga faksi tersebut memiliki agenda politik berbeda. Ical telah resmi menjadi capres Golkar, sedangkan Kalla dan Akbar terus membuka diri untuk menjadi cawapres dari eksternal Partai Golkar.
Dari sisi elektabilitas, Hanta menilai elektabilitas Ical saat ini lebih tinggi dari Kalla dan Akbar. Meski demikian, keberadaan Kalla dan Akbar sangat mungkin menenggelamkan Ical saat berduet dengan capres eksternal yang lebih potensial dari Ical.
“Ini mirip cerita di 2004, Golkar punya capres, tapi yang menang JK (Kalla). Sekarang Golkar harus fokus memunculkan nama cawapres agar lebih banyak pilihan,” kata Hanta.
Golkar telah mendeklarasikan Ical sebagai capres. Penentuan cawapres baru akan dilakukan setelah pemilu anggota legislatif. Rumor penggoyangan Ical sebagai capres Golkar beberapa kali muncul dari internal. Terakhir, Ketua DPP Partai Golkar Yorrys Raweyai mengatakan bahwa kini mulai muncul opsi Golkar mengusung capres dari eksternal dan cawapres dari internal. Opsi tersebut muncul dari hasil pengamatan elektabilitas Ical yang stagnan dan elektabilitas Golkar yang melorot di bawah bayang-bayang PDI Perjuangan.
Sumber: JAKARTA, KOMPAS.com – Kamis, 13 Maret 2014 | 12:41 WIB
Link: http://nasional.kompas.com/read/2014/03/13/1241043/Golkar.Bisa.Jadi.Ulang.Kekalahan.pada.2004