Informasi lebih lanjut hubungi 0811914812 / 081294084328

News & Blog

Kecenderungan Sikap & Perilaku Pemilih dalam Pemilu Legislatif 2014

News & Blog

PRESS RELEASE

(Rilis Temuan Survei Nasional 13 September – 11 Oktober 2013)

Pol-Tracking Institute mengeluarkan hasil survei nasional bertajuk “Membaca Kecenderungan Sikap & Perilaku Pemilih dalam Pemilu Legislatif 2014”. Seluruh kegiatan riset survei dilakukan pada 13 September 2013 hingga 11 Oktober 2013 secara serempak di 33 provisi di seluruh Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 2010 responden. Berdasarkan jumlah ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-2,19% pada tingkat kepercayaan 95%. Penarikan sampel survei ini menggunakan metode multi-stage random sampling, sedangkan pengambilan data melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner

Ada beberapa temuan menarik dari hasil survei nasional ini. Pertama, sebanyak 79% atau hampir 80% pemilih di Indonesia menyatakan “berminat” untuk berpartisipasi (memberikan suara) dalam pemilu legislatif 2014. Artinya, ada 21% pemilih yang berpotensi tidak menggunakan hak suaranya (golput), itu belum termasuk golput teknis karena tak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Kedua, berdasarkan survei ini, PDIP (18,5%) dan Golkar (16,9%) mempunyai tingkat keterpilihan (elektabilitas) cenderung stabil dua digit. Sementara itu, Partai Demokrat dan PKS adalah partai yang paling tidak stabil jika memperhatikan hasil pemilu 2009. PD menurun drastis dari 20,85% pada Pemilu 2009 menjadi 8,8%, dan PKS dari 7,88% di Pemilu 2009 menjadi 2,9%.

Ketiga, berdasarkan survei ini, perilaku memilih publik cenderung ditentukan oleh figur atau tokoh kandidat. Publik lebih memilih (mencoblos) caleg (69%) dibandingkan partai politik peserta pemilu (12%). Artinya, kandidat capres maupun caleg berperan penting sebagai street level politicians yang menampilkan perwajahan partainya.

Keempat, latar belakang caleg sebagai figur baru dan muda (68,4%) paling disukai oleh pemilih, disusul caleg berlatar belakang politis/pengurus partai (64,8%), purnawirawan (61,8%), atau pejabat/birokrat (61,9%). Sementara caleg dengan latar belakang artis/selebritis paling sedikit diminati pemilih (18,7%).

Kelima, dalam motif pilihan terhadap partai, program partai (34,2%) merupakan alasan tertinggi publik memilih partai, disusul alasan adanya figur tokoh yang diidolakan (17,8%). Sementara alasan karena kesesuain antara keyakinan dengan asas/ideologi partai hanya 10%. Di sisi lain, korupsi (49%) adalah faktor paling berpengaruh terhadap kegagalan partai pada pemilu, dibandingkan faktor lainnya. Sementara itu, citra partai politik (24%) dan kinerja partai (23,7%) dianggap oleh publik sebagai faktor kesuksesan partai dalam pemilu, baru kemudian tokoh partai (11,9%) menjadi variabel ketiga.

Dua aspek paling krusial yang harus dilakukan partai politik menurut pemilih adalah kepedulian partai terhadap masyarakat (46%) dan integritas partai (citra bersih) (33%). Artinya, jika dua hal ini bisa ditunjukkan melalui program-program yang peduli persoalan masyarakat dan integritas partai terjaga dalam persepsi publik, maka partai akan mendapatkan simpati publik dalam pemilu 2014 ke depan.

Jakarta, 19 Desember 2013

Hanta Yuda AR

Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

We take processes apart, rethink, rebuild, and deliver them back working smarter than ever before.