MERDEKA.COM – Debat perdana pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta telah selesai dilaksanakan pada Senin (13/9). Lembaga survei Poltracking Indonesia melakukan riset terkait pelaksanaan debat pertama tersebut.
Metode riset yang digunakan adalah metode multi-stage random sampling. Jumlah responden dalam survei ini sebanyak 800 orang dengan margin of error kurang lebih 3,45 persen pada tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Poltracking mengambil 3 indikator penilaian terkait performa debat tiga pasangan calon mulai dari cara berkomunikasi, penguasaan masalah dan program kerja. Hasilnya, warga Jakarta menilai performa terbaik dalam berkomunikasi saat debat diberikan ke pasangan nomor urut 3, Anies Baswedan – Sandiaga Uno dengan 30,88 persen. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono -Slyviana Murni hanya mendapat angka 23,38 persen dan pasangan Basuki T Purnama – Djarot Saiful Hidayat dengan 27,38 persen.
“Publik menilai performa terbaik pasangan calon gubernur-wakil gubernur dalam hal cara berkomunikasi adalah Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno,” kata Direktur Poltracking Indonesia, Hanta Yuda di Hotel Oria, Jakarta, Kamis (19/1).
Dalam hal penguasaan masalah, publik lebih memilih pasangan Basuki T Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebagai yang terbaik dengan suara 39,00 persen. Angka ini jauh mengungguli dua pesaingnya. Anies-Sandiaga hanya mengantongi suara 20,63 persen untuk penguasaan masalah, sedangkan Agus Yudhoyono – Sylviana Murni hanya sekitar 19,63 persen.
Untuk pemaparan program kerja dalam debat, pasangan Ahok -Djarot juga lebih unggul dengan raihan 35,63 persen. Sementara pasangan Anies-Sandiaga di urutan kedua dengan suara 23,88 persen disusul pasangan Agus-Sylviana dengan perolehan 20,88 persen.
“Terkait penguasaan masalah dan program kerja adalah pasangan Basuki T Purnama dan Djarot Saiful Hidayat,” terangnya.
Poltracking juga melakukan riset pengaruh performa debat ketiga pasangan calon terhadap keterpilihan publik. Hanta menyebut sebagian warga DKI melihat debat tersebut sebagai pertimbangan untuk memilih calon pemimpin mereka.
“Mayoritas publik sebesar 72,88 persen menilai bahwa kualitas performa dalam debat publik akan berpengaruh terhadap pilihan. Sementara 20,13 persen mengaku tidak terpengaruh dengan debat tersebut,” paparnya. [noe]
Sumber: