Informasi lebih lanjut hubungi 0811914812 / 081294084328

News & Blog

Merindukan Politik Suci Sabam Sirait

News & Blog

Hanta Yuda AR, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia |

DIKSI politik kurang apik cenderung saling menjatuhkan antaranak bangsa akhir-akhir ini kerap dipertontonkan para pelaku politik negeri ini. Penggunaan istilah ‘cebong’ versus ‘kampret’ yang cukup mendominasi dan mewarnai perbincangan jagat politik Pilpres 2019 belum berhenti hingga saat ini. Teranyar, muncul lagi istilah baru ‘banteng’ dan ‘celeng’ dalam dinamika internal PDI Perjuangan menuju 2024.

Fenomena tersebut merupakan contoh kompetisi demokrasi elektoral yang tidak produktif dan jauh dari narasi konstruktif. Padahal, pertarungan politik demokratis yang berkualitas juga mensyaratkan keadaban politik, baik dalam diksi maupun narasi di arena kompetisi. Kedua fenomena itu mengingatkan kita pada tokoh politik senior PDI Perjuangan yang juga tokoh bangsa yang baru saja berpulang, Sabam Sirait. Politik itu suci, merupakan istilah yang dicetuskan Sabam, yang kemudian menjadi judul bukunya.

Rasanya belum terlalu terlambat dan masih sangat relevan untuk mengangkat kembali istilah dan pemikiran itu sekaligus mengenang kembali mendiang Sabam Sirait yang wafat pada 29 September silam.

Lebih 76 tahun bangsa ini merdeka, banyak peristiwa sejarah yang kita lalui. Sabam Sirait termasuk saksi sejarah perjalanan bangsa yang bergelut di dunia politik hingga akhir hayatnya.

Melihat fenomena kebangsaan kita hari ini, sesuai contoh di awal, tentu kita sangat merindukan sosoknya. Berbekal pengalaman, Sabam akan melihat permasalahan bangsa ini secara jernih dan solutif. Apalagi, partai yang menjadi perbincangan akhir-akhir ini merupakan partai yang ikut ia deklarasikan.    

Petuah politik Sabam

Politik itu Suci ialah buku yang mengulas pemikiran Sabam terkait seluk-beluk dunia politik. Banyak yang berpikir bahwa ‘nyemplung’ ke dunia politik ialah sebuah pengotoran diri. Memasuki ruang-ruang gelap politik, yang penuh intrik dan licik.

Sabam Sirait sangat kagum dengan pemikiran-pemikiran Bung Karno. Politik itu Suci tidak lepas dari apa yang ia dapat dari presiden pertama Republik Indonesia itu. Bahwa, ‘bila mengusir penjajah, mempertahankan kemerdekaan, dan mengisi kemerdekaan itu adalah politik, politik itu suci’. Kesucian politik terletak pada motif dan tindakan perjuangannya. Ada nilai positif kebangsaan yang harus terus diperjuangkan secara politik yang menjadikan politik itu suci di mata Sabam Sirait.

Apa yang diperlihatkan politikus dan perjalanan bangsa hari ini harus menjadi refleksi dari apa yang dipikirkan Sabam Sirait. Jika kehidupan politik kita hari ini bisa saling merefl eksi, konfl ik politik, perjalanan bangsa, dan fenomena yang tidak produktif pun akan bisa dihindari.

Pemikiran-pemikiran Sabam Sirait bisa menjadi acuan bagi para politikus dan siapa pun dalam menjalankan misi suci dalam politik dan kehidupan. Sabam ialah guru. Panutan yang harus digugu dan ditiru. Jalannya begitu ‘senyap’ dalam politik, tetapi bekas dan jejak perjuangannya sangat terasa.

Pria kelahiran 13 Oktober 1936 tersebut merupakan sosok langka yang melintasi berbagai zaman dan generasi. Merasakan secara langsung ketar-ketir perjuangan politik. Berbagai dinamika politik tidak hanya dibaca dari berbagai buku, tetapi lebih dari itu, ia juga rasakan dan saksikan secara langsung.

Pengalaman dan perjuangan Sabam Sirait dalam dunia politik tidak diragukan lagi. Sabam memulai pertualangan politiknya sejak mahasiswa pada 1958. Berbagai posisi penting diamanahkan ke pundaknya. Pertanda bahwa Sabam bukanlah talenta biasa dalam dunia politik. Di akhir hayatnya, ia masih tercatat sebagai anggota DPD periode 2019-2024.

Salah satu tinta emas yang ditinggalkan Sabam Sirait hingga hari ini ialah kata ‘interupsi’. Kata yang sangat familier bagi para politikus di Senayan. Interupsi dalam Sidang Umum MPR 1993 untuk menolak tidak dimasukkannya pembahasan pemilu ke agenda sidang membuat Sabam waktu itu dinilai sangat berani. Pasalnya, rezim pemerintahan Orde Baru tidak menginginkan ada kerikil kekuasaan. Namun, Sabam ialah Sabam, anak Batak yang punya prinsip keras dan idealisme perjuangan politik yang kuat.

Sabam juga konsisten memperjuangkan kebinekaan di tengah kemajemukan bangsa. Nilai-nilai yang terus ia ditinggikan serta rasa nasionalisme yang terus digelorakan meski sempat berada dalam tekanan politik pada perjalanan karier politiknya di parlemen.

Tujuannya cuma satu, yakni agar demokrasi dan nasib orang-orang kecil diperhatikan kekuasaan yang memegang kepemimpinan negara.

Semoga bangsa ini, terutama para insan politik, dapat belajar banyak dari figur politikus senior Sabam Sirait yang legendaris! (Hanta Yuda AR, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia/M-2)

Sumber: https://mediaindonesia.com/weekend/443426/merindukan-politik-suci-sabam-sirait

We take processes apart, rethink, rebuild, and deliver them back working smarter than ever before.