Pada hari ini, 15 Juni 2014, Poltracking mengeluarkan hasil survei nasional yang dilaksanakan pada 26 Mei – 3 Juni 2014 secara serempak di 33 provisi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden 2010 dan margin error +/- 2.19% pada tingkat kepercayaan 95% ini, menggunakan metode multi-stage random sampling dalam penarikan sampel.
Ada beberapa temuan menarik dari hasil survei nasional ini. Pertama, terkait potensi tingkat partisipasi (minat) pemilih yang sangat besar hingga mencapai 91,4%. Kedua, visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan (36%) dan rekam jejak kepemimpinan capres/cawapres (35%) merupakan informasi yang paling perlu untuk diketahui oleh publik. Sementara baru 25% pemilih yang mengetahui visi-misi pasangan Capres-Cawapres, dan 61% pemilih menyatakan belum mengetahui visi-misi pasangan Capres-Cawapres. Ketiga, temuan lain menunjukkan karakter Capres bersih/jujur mempunyai nilai urgensi paling tinggi (50,1%), disusul karakter peduli dan merakyat (22,6%) serta karakter tegas dan berani (16,5%) dan karakter penting lainnya.
Keempat, hingga awal Juni 2014 tingkat elektabilitas (keterpilihan) pasangan Jokowi-JK masih unggul dibandingkan pasangan Prabowo-Hatta. Hasil survei ini menunjukkan bahwa interval selisih elektabilitas kedua pasangan Capres-Cawapres Jokowi-JK (48,5%) dan Prabowo-Hatta (41,1%) terpaut tidak jauh, yaitu berkisar 7,4%. Jumlah responden yang belum menentukan pilihan atau undecided voters 10,4%.
Kelima, peta dukungan terhadap pasangan Jokowi-JK unggul tipis dari pasangan Prabowo-Hatta di beberapa cluster, mulai dari usia, profesi, penghasilan, dan provinsi. Sementara, persaingan cukup kompetitif terjadi pada cluster asosiasi ormas keagamaan antara pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Di mana pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih banyak didukung kalangan Muhammadiyah (44,6%). Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih banyak mendapat dukungan dari masyarakat NU (48,1%). Pada cluster partai koalisi yang telah dibentuk kedua poros baik Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK, hanya solid di partai pengusung, yakni Gerindra (82.5) dan PDIP (81.2%). Sisanya, suara-suara partai pendukung kedua pasang Capres ini terpecah cukup signifikan.
Hanta Yuda AR,
Direktur Eksekutif Poltracking